Selasa, 11 Maret 2014

puisi kebohongan


 Cerita bermula ketika aku masih kecil
Aku terlahir sebagai anak laki-laki
Disebuah keluarga yang sangat miskin
Bahkan untuk maka saja sering kali kekurangan
            Ketika makan ibu selalu memberikan
            Bagian nasinya untuk ku
            Sambil memindahkan nasi kmangkuk ku
            Ibu berkata....
Makanlah nak.. aku tidak lapar
Kebohongan ibu yang pertama...
            Ketika aku mulai dewasa
            Ibu elalu meluangkan waktu senggangnya
            Untuk pergi memancing  dikolam deket rumah
Ibu berharaf dari hasil pancingannya
Dia dapat memberikan sedikit
Makan bergizi  untuk pertumbuhanku....
            Sepulang memancing ibu memasak ikan
            Yang segar yang mengundang selera
            sEwaktu-waktu aku makan sup ikan itu
            Ibu duduk disampingku
            Dan memakan sisa ikan yang masih
            Menem           pel ditulang yang merupakan
            Bekas sisa ikan yang aku makan
Aku melihat ibu seperti itu
Hatiku juga tersentu  lalu dengan menggunakan sendok
Aku memberikan bagian ku pada ibuku
Tapi ibuku dengan cepat menolaknya
Ia berkata.. makan lah na...
Aku tidak suka makan ikan
Kebohongan itu yang ke dua....
            Sekarang aku sudah masuk sekolah menengah
            Demi membiayai sekolah abang dan  kakakku
            Ibu pergi kekoperasi
            Untuk membawa sekotak mancis
            Untuk ditempel dan hasil tempelannya itu
            Membuat sedikit uang untuk menutupi
            Kepentingan hidup
Dikala musim sejuk tiba aku bagun
Dari tempat tidurku melihat ibuku
Yang masih bertumpu pada liin kecil
Dengan gigihnya melanjutkan pekerjaan
Menempel kotak mancir
            Aku berkata ibu tidurlah sudah malam
            Beok pagi ibu harus bekerja
            Ibu hanya tersenyum
            Dan berkata  cepatlah tidur nak.. aku tidak penat

Ketika Kebohongan ibu yang ke tiga...
Ketika ujian tiba ibu memintaku kerja
Supaya bisa menemaniku pergi hujan
Ketika hari sudah siang matahari mulai
Menyinari yang tegar dan gigih
Menungguku dibawah terik mamahari
Beberapa jam ketka bunyi lonceng berbunyi
Menandakan ujian telah selesai
Ibu dengan segera menjemputku
Dengan nuangkan teh yang sudah disiapakan dalam botol
Teh yang begitu kental tidak bisa  dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental
            Melihat ibu yang dibanjiri keluh
            Aku segera memberikan gelasku
            Untuk ibu sambil nyuruhnya untuk meminum
            Berkata minumlah na... aku tidak haus...
            Kebohongan ibu yang ke empat
Setelah kepergian ayah karena sakit
Ibu ang  yang malam harus merangkap sebagai ayah dan ibu
Dengan berpegang dengan pekerjaan
Dengan yang dulu
Dia harus membiayai keperluan hidup sendiri
Kehidupan keluarga kita pun
Seakin susuah tiada hari tanpa penderitaan
Melihat kondisi keluarga yang makin parah
Semkin susah dan susah...
            Tiada hari tanpa penderitaan
            Mlihat kondisi keluarga yang makin parah
            Adaseseorang parcik yang baik hati yang tinggal
            Didekat rumahku pun ikut embantuku
Baik masalah besar maupun keciltetangga yang ada disebelah kami
Melihat kehidupan kita yang sengsara
Seiring kali menasehati ibuku
Untuk menikah lagi ..tetapi ibu yang keras kepala
Tidak mengindahkan nasihat mereka
Ibu berkata saya tidak butuh cinta
Kebohongan ibu yang kelima
            Dan kami pun  berkata terimakasih
Ibu atas semua jasamu

Kami sungguh menyayangimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar